CONVERSATION
HIKMAH HARI INI
CONVERSATION
Potensi Ruhiyah
Ternyata kekuatan adalah hal mutlak yang
harus dimiliki oleh siapapun yang ingin memperoleh kemenangan. Terbukti jikalau
badan lemah, ekonomi lemah, otak lemah, kepandaian lemah, kita tidak dapat
berperan sebagai makhluk unggul yang membawa manfaat banyak, bahkan justru
sebaliknya kita menjadi tertindas, baik oleh hawa nafsu, oleh syetan terkutuk,
atau juga oleh makhluk-makhluk yang tidak menyukai kebenaran. Karenanya sudah
menjadi suatu keharusan bagi siapapun untuk terus-menerus menggalang aneka
potensi kekuatan yang ada pada dirinya.
Hanya saja harus kita sadari pula bahwa
kekuatan itu tidak cukup hanya kekuatan lahir saja. Karena bagi siapapun yang
berusaha membangun kekuatan ekonomi dengan meyakini bahwa hanya dengan kekuatan
ekonomi itulah yang akan membuat dirinya menang, kuat, tanpa dibarengi kekuatan
lain, maka akan hancurlah dia.
Sudah terlalu banyak contohnya, tengok saja
ketika zaman masih ada Uni Soviet, pastilah saat itu di negara ini tidak kurang
para profesornya, ada ahli ekonomi, ada ahli keuangan, ada ahli perencanaan
pembangunan, ada juga ahli militer, dan ahli di berbagai bidang lainnya, tapi
ternyata Uni Soviet yang nampak begitu kokohnya bisa rontok seketika.
Begitu juga kalau kita menganggap bahwa
hanya kekuatan senjata sebagai satu-satunya kekuatan yang akan memenangkan
pertempuran, kita saksikan lagi bagaimana Rusia dengan peralatan dan
perlengkapan tempurnya yang begitu lengkap, begitu banyak personilnya, begitu
kuat dukungan logistiknya, ternyata dipermalukan di Afghanistan. Bahkan
gempuran berikutnya ke Chechnya,
sebuah negeri yang begitu kecil mungil, ternyata Chechnya sampai saat ini masih bisa
bertahan.
Lalu, adakah kekuatan lain yang mampu
memenangkan setiap pertempuran? Ada!
Kekuatan itu tiada lain kekuatan dari dalam diri kita sendiri, yang kadang
begitu saja kita melupakannya. Padahal kalau kita mampu membangunnya dengan
sungguh-sungguh, ia akan menjadi sebuah kekuatan yang teramat dahsyat.
Inilah kekuatan tanpa biaya, tanpa
memerlukan pertolongan orang lain, tapi bila saja dibina dan dioptimalkan, maka
ia adalah modal yang luar biasa dahsyat dalam mengarungi kehidupan ini.
Kekuatan apakah itu?!
Dikisahkan pada abad ke-7 Hijriah, di saat
kekuatan kekhalifahan Islam mulai meredup, terjadi pertempuran yang sangat
dahsyat dan monumental yaitu ketika bangsa Tartar dibawah pimpinan Jengis Khan,
menyerbu negeri-negeri Islam bagai air bah, bergelombang bagai badai yang
garang, menyapu dari segala penjuru, dan kemudian meluluhlantakan semua
negeri-negeri yang dilaluinya. Bahkan diceritakan sungai Dajlah di tengah kota Baghdad yang begitu bening menjadi hitam
kelam airnya oleh tinta dari ratusan buku perpustakaan yang dibuang ke sungai
itu oleh tentara Tartar.
Kita kenang masa ini sebagai masa
kekhalifahan Islam yang paling kelam, saat dimana sebagian besar negeri Islam
dibasmi dan dilindas habis oleh bangsa Tartar ini. Barisan bala tentaranya
seakan-akan tidak pernah terbendung dan terkalahkan. Pedang-pedang sepertinya
menjadi tumpul tiada berdaya menyentuh tubuh mereka. Sampai-sampai munculah
mitos, "Tartar takkan pernah terkalahkan".
Berselang beberapa tahun setelah kejatuhan
petama kalinya negeri-negeri Islam ini. Tersebutlah suatu kisah dimana ada
seorang syeikh bernama Syeikh Jamaludin dari Bukhara. Beliau adalah seorang yang bersih,
mursyid yang tulus, walaupun secara lahiriah fisiknya sudah berkurang
kemampuannya.
Suatu waktu ia berjalan-jalan bersama
sahabat-sahabat dan santri-santrinya, hingga tanpa disadari mereka telah
memasuki wilayah kekuasan bangsa Tartar, yang waktu itu dipimpin oleh seorang
taklak (gubernur), yaitu Taklak Timur Khan (Timur Lenk), seorang cucu Jengis
Khan.
Begitu masuk wilayah bangsa Tartar ini yang
kebetulan beliau memasuki wilayah berburu Sang Taklak, maka serta merta ditangkaplah
mereka, dan langsung dibawa menghadap Sang Taklak yang cucu Jengis Khan ini.
Bertanyalah Sang Taklak, "Engkau siapa
dan darimana …?"
"Saya dari Bukhara dan seorang Parsi"
Mendengar jawaban ini Sang Taklak serta
merta tertawa terkekeh-kekeh seraya berkata meremehkan,
"Oo, orang-orang Parsi ini lebih
rendah dan lebih hina dari seekor anjing" ujarnya dengan pandangan
mengejek.
"Ya, benar! Andaikata kami tidak
diberi cahaya kemuliaan dengan agama yang benar, niscaya kami lebih hina
daripada seekor anjing" Jawab Syeikh Jamaludin mantap.
Sebuah jawaban yang disertai nur kekuatan
keyakinan, rupanya selalu membuat terngiang-ngiang di telinga Sang Taklak. ‘Ya,
Kami jauh lebih hina daripada seekor anjing, andaikata tidak dimuliakan dengan
agama yang benar’
Sang
Taklak merenung memikirkan kata-kata ini, "Ada apa dibalik kata-kata yang ringkas
ini?!" Pikirnya. Begitu menggelitiknya jawaban Syeikh Jamaludin ini
sehingga suatu saat dipanggillah ia kembali oleh Sang Taklak ke istana.
"Apa yang kau maksudkan dengan
kata-kata yang dulu pernah engkau ucapkan itu?" Bertanyalah Sang Kaisar.
Dengan ijin ALLOH Syeikh Jamaludin ini
menjelaskan dengan begitu bersemangatnya tentang keindahan Islam. Penjelasan
yang merupakan buah dari perasaan dan kecintaannya kepada Islam. Uraiannya
disertai pula dengan raut muka, perilaku, yang sebanding dengan keindahan yang
disampaikannya. Dijelaskan pula, betapa kekufuran telah membawa martabat
manusia merosot lebih hina daripada seekor anjing.
Mendengar uraian ini, tergetarlah hati Sang
Taklak hingga akhirnya terbukalah pintu hatinya untuk menerima Islam, hanya
saja pada saat itu masih ada satu hal yang mengganjalnya, "Aku belum
menjadi kaisar, saat ini masih orang tuaku yang menjadi penguasa, aku berjanji
seandainya aku nanti jadi penguasa, aku akan masuk Islam." Janji Sang
Taklak.
Waktupun berselang. Suatu saat menjelang
Syeikh Jamaludin wafat, diberitahukanlah perihal janji kaisar ini kepada
anaknya yang bernama Ryasidudin, "Wahai anakku, Taklak Timur Khan akan
menjadi kaisar, andaikata dia sudah resmi jadi kaisar, datangilah dan sampaikan
salam dariku serta ingatkan kepadanya akan janji yang dulu pernah
diucapkannya".
Ketika benar Syeikh Jamaludin wafat,
puteranya sengaja datang ke perkemahan Sang Taklak Timur Khan untuk
melaksanakan wasiat orang tuanya, namun karena ia dianggap orang asing yang
tidak dikenal sampai disana ia ditolak tidak boleh masuk. Seraya memohon
pertolongan ALLOH, ia memutar otaknya, sehingga munculah idenya.
Saat malam melepas gulitanya, dan fajar
shubuh mulai menyingsing, segera saja ia mengumandangkan azan dengan begitu
kerasnya sampai-sampai Sang Taklak Timur Khan yang berada di dalam kompleks
perkemahan tentaranya terbangun seraya bertanya-tanya, "Siapa itu yang
berteriak-teriak di malam buta seperti ini? Siapa dia berani kurang ajar
mengganggu tidurku?" Begitu marahnya Sang Kaisar ini. Putera Syeikh pun
ditangkap sehingga kemudian dibawa menghadap pada sang kaisar.
Begitu bertemu muka dengan sang kaisar,
putera Syeikh Jamaludin ini langsung memperkenalkan diri, "Saya putra
Syeikh Jamaludin menyampaikan salam dari beliau". Ketika mendengar nama
‘Syekh Jamaludin’--yang beberapa tahun lalu akrab ditelinganya--disebut, Sang
Kaisar tiba-tiba seperti api disiram air, reda marahnya dan luluh hatinya.
"Saya hanya akan mengingatkan janji
yang pernah tuan ucapkan dengan beliau" Lanjut putera Syeikh Jamaludin
ini. Teringatlah sang kaisar akan janjinya, sehingga pada saat itu juga Kaisar
Timur Khan mengucap dua kalimah syahadat sebagai tanda bahwa ia benar-benar
masuk Islam.
Kala itulah bangsa Tartar benar-benar
berubah dari yang tadinya berwajah bengis, kejam, dan melindas habis menjadi
bangsa yang berakhlak mulia. Pada saat itulah seluruh penduduk kerajaannya
menerima cahaya kemuliaan Islam.
Sungguh luar biasa, dari yang tadinya
meluluhlantakan Islam dengan kekuatan senjata, akhirnya menjadi luluh lantak
hatinya hanya oleh perkataan. Ratusan ribu orang menentangnya dengan kekuatan
senjata, tidak ada yang mampu mengalahkan, tapi hanya dengan beberapa patah
kata yang menghunjam ke hati telah membuat negeri yang tidak pernah terkalahkan
malah masuk dalam semburat cahaya Islam, bahkan menjadi benteng Islam yang
begitu kokohnya saat itu.
Bekasnya pun nampak sampai sekarang,
seperti di Rusia, Kaukasus, Asia Tengah dan sekitarnya ternyata adalah buah
dari bangsa yang tadinya menghancurkan Islam secara fisik karena kekuatannya
memang tidak tertahankan, namun akhirnya menjadi benteng Islam. Mengapa?
Ternyata karena ada satu kekuatan lain yang
mampu mengalahkannya, yaitu kekuatan ruhiah. Syeikh Jamaludin adalah seorang
ulama yang begitu tinggi cahaya ruhiahnya. Kata-katanya, sorot matanya, cara
berjalannya, sikapnya, dan semua dalam dirinya ternyata memancarkan energi yang
betul-betul membuat orang yang mendengar terbuka hatinya.
Satu patah kata atau dua patah kata dari
orang yang sudah tercahayai hatinya, maka kata-kata itu bagai
gelombang-gelombang yang bisa menyentuh, bagai magnet yang bisa menyedot,
begitu hebat kekuatannya, sehingga daya ubahnya pun sungguh luar biasa
dahsyatnya.
Inilah kisah bagaimana seorang mursyid yang
bersih, jujur, dan tulus, walau tanpa kekuatan fisik yang berimbang, tapi
karena kekuatan ruhiahnya begitu dahsyat, ternyata mampu membolak-balikan hati,
mengislamkan yang belum Islam, meluruskan yang tersesat, dan menjadi jalan
bertaubat bagi orang yang berlumur dosa. Allahuakbar. ***
Bundel by
UGLY --- Jan '02
CONVERSATION
Mata Hati dan Mata Bathin
Ketika menjelaskan tentang hati, Imam
Al-Ghazali menjelaskan dua macam mata; mata lahir (bashar) dan mata bathin
(bashirah). Dengan mata lahir kita bisa melihat wujud lahiriah kita,
menyaksikan alam semesta ini. Bentuk lahiriah kita hanyalah penampakan dari
bentuk lahir dan bukan bentuk kita sebenarnya, bukan penampilan dari bentuk
batiniah kita. Dengan bashirah, kita akan mampu melihat diri kita, wujud kita
yang sebenarnya.
Dengan menggunakan istilah Imam Al-Ghazali,
bashar hanya dapat melihat khalq (wujud fisik), sedangkan bashirah mampu
melihat khuluq (wujud ruhani). Kata khuluq adalah kata jamak dari kata akhlaq,
wujud ruhaniah kita. Sedang, Al-Quran menyebut wujud ruhani kita sebagai hati
(qalbu). Dan, sebagaimana wujud fisik yang bisa mendapat serangan penyakit,
qalbu (ruhani manusia) juga bisa terjangkit penyakit, yakni penyakit ruhani
atau penyakit hati (qalbu). “Fi qulubihim marodhun fazaadahumullahu marodhaa”,
Di dalam qalbu mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakit itu (QS. 2:10).
Dikisahkan.......
PADA suatu hari, musim haji abad ke-2 Hijriyah, Abu Bashir berada di Mesjid Al-Haram. Ia terpesona menyaksikan ribuan orang bergerak thawaf mengelilingi Ka’bah, seraya mendengarkan gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka.
PADA suatu hari, musim haji abad ke-2 Hijriyah, Abu Bashir berada di Mesjid Al-Haram. Ia terpesona menyaksikan ribuan orang bergerak thawaf mengelilingi Ka’bah, seraya mendengarkan gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka.
Abu Bashir membayangkan, betapa beruntungnya orang-orang itu.
Mereka telah mendapat panggilan Tuhan,
tentu mereka semua akan mendapat pahala dan ampunan-Nya. Imam Ja’far al-Shadiq,
tokoh spiritual yang terkenal dan salah satu ulama besar dari keluarga
Rasulullah SAW, berkata, “Inginkan kutunjukkan kepadamu siapa mereka?”, lalu
Imam Ja’far menyuruh Abu Bashir menutup matanya.
Kemudian Imam Ja’far mengusap wajahnya. Ketika membuka lagi matanya, Abu Bashir terkejut. Di sekitar Ka’bah, ia melihat banyak sekali binatang dalam berbagai jenisnya. mendengus, melolong, mengaum.
Imam Ja’far berkata, “Betapa banyaknya lolongan dan teriakan; betapa sedikitnya
yang haji.”
Anda boleh jadi tidak begitu saja percaya
dengan riwayat atau cerita diatas. Apa yang disaksikan Abu Bashir pertama kali
adalah tubuh-tubuh manusia, dan yang dilihat untuk kedua kalinya adalah bentuk
ruhani mereka.
Kita adalah makhluk yang hidup di dua alam
sekaligus.
Tubuh kita hidup di alam fisik, nyata dimana kita bisa melihat dan mencerapnya, kita raba dan rasakan, yang disebut para ulama sebagai alam nasut.
Sedangkan ruh kita hidup di alam metafisik (alam malakut).
Ruh tidak dapat dilihat oleh mata lahir, karena berada di alam malakut, dan ia adalah bagian dari batiniah kita.
Namun, ada sebagian dari kita yang memiliki kemampuan dan melatih mata batin ini sehingga dapat menengok ke alam malakut, melihat ruh dirinya dan orang lain.
Tubuh kita hidup di alam fisik, nyata dimana kita bisa melihat dan mencerapnya, kita raba dan rasakan, yang disebut para ulama sebagai alam nasut.
Sedangkan ruh kita hidup di alam metafisik (alam malakut).
Ruh tidak dapat dilihat oleh mata lahir, karena berada di alam malakut, dan ia adalah bagian dari batiniah kita.
Namun, ada sebagian dari kita yang memiliki kemampuan dan melatih mata batin ini sehingga dapat menengok ke alam malakut, melihat ruh dirinya dan orang lain.
Sebagaimana tubuh, ruh jauh lebih beragam dari rupa tubuh. Ruh dapat betul-betul berwujud binatang – babi atau kera. Allah berfirman,
“Katakanlah: Apakah akan Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk kedudukannya di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurka Allah; di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan penyembah thogut? Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah: 60)
CONVERSATION
BUAH KEBENINGAN HATI
Saudara-saudaraku, sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.
Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini.
Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya, subhanallah. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya yang telah tertata dengan baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan mamfaat. Tutur katanya bernas dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain.
Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang,dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada umat.
Orang yang bening hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk berpikir jelek sedetik pun jua. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya dalam menjalani setiap detik yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang berbening hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran. Subhanallah, bening hati ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya.
Walhasil, orang yang telah tertata hatinya adalah orang yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan. Hatinya yang bersih membuat terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa akan merasa kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu akan memperoleh aneka mamfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan.
Dan, Subhanallah, lebih dari semua itu, kebeningan hatipun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah menjadi luar biasa mamfaatnya. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula do’a-do’anya menjadi luar biasa mustajabnya. Mustajabnya do’a tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.
Pendek kata orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat kelak. Tidak rindukah kita memiliki hati yang bersih?
Silahkan bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk, semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan senantiasa tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain bahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak berlebihan bila perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku terhormat, lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit. Penyakit buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal pikirannya pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang kezhaliman.
Oleh karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila hubungan dengan Allah SWT pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat Allah. Akibatnya pun jelas, do’a menjadi tidak ijabah (terkabul), dan aneka masalah pun segera datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada Allah).
Ternyata hanya kerugian dan kerugian saja yang didapati orang berhati busuk. Betapa malangnya. Pantaslah Allah SWT dalam hal ini telah mengingatkan kita dalam sebuah Firman-Nya : "Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Q.S. Asy-Syam [91] : 9 – 10).
Ingatlah saudaraku, hidup hanya satu kali dan siapa tahu tidak lama lagi kita akan mati. Marilah kita bersama-sama bergabung dalam barisan orang-orang yang terus memperbaiki diri, dan mudah-mudahan kita menjadi contoh awal bagaimana menjadikan hidup indah dan prestatif dengan bening hati, Insya Allah.
Bundel by UGLY --- Jan '02
CONVERSATION
BAHASA HATI
Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.
Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis.
Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.
Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda.
CONVERSATION
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
About Me
Popular Posts
-
Ketika menjelaskan tentang hati, Imam Al-Ghazali menjelaskan dua macam mata; mata lahir (bashar) dan mata bathin (bashirah). Denga...
-
Ternyata kekuatan adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh siapapun yang ingin memperoleh kemenangan. Terbukti jikalau badan lemah, ekon...
-
Saudara-saudaraku, sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh ber...
-
Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta. Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang. Tak ada permusuhan...
0 komentar:
Posting Komentar